RSS
Post Icon

Porseni SMPN 6 Makassar


Salah satu kegiatan diluar pelajaran yang lumrah didengar oleh orang orang. Ya..! Pekan Olahraga dan Seni kepanjangannnya.. mungkin diantara kalian sudah tau apa porseni itu atau bahkan sudah dilaksanakan di sekolah masing masing.
Saya akan menceritakan bagaimana kegiatan pekan olahraga dan seni di SMPN 6 makassar. Mohon maaf saya baru menpostingnya, dikarenakan saya tidak ada waktu untuk nulis, (re: diwajibkan belajar dikarenakan pada wktu itu ulum sudah dekat) ditambah tugas tugas numpuk bener.. Maklumilah saya, saya hanya manusia biasa yg ingin berbagi....
Oke lemme talk....
Porseni kali ini terbilang bagus, seru dan menyenangkan bagi sebagian orang. Tapi tidak termasuk saya :(( Mengapa? Dikarenakan ada beberapa hal yang membuat yaa lumayan.. boleh dikatakan ‘sakit hati’ Tapi itu tidak berkepanjangan kok.. tenangg. Porseni yang dilaksanakan pada bulan September 2010 itu hanya dilaksanakan 3 hari. Maaf saya lupa tanggal berapa tepatnya hehee

Hari pertama :
Porseni ini dimulai dengan baris berbaris kelompok pramuka lalu selanjutnya barisan masing masing kelas dengan mengenakan properti yang unik

pembukaan oleh Bapak... entahlah saya lupa yg membukakan sekaligus meresmikan acara ini itu Bapak kepala sekolah atau Bapak wali walikota. Krna walikotanya ngga bisa hadir. Selalu saja begitu.Berikutnya pelepasan balon dan kembang api serta sirine dibunyikan.


Lalu pertunjukan cheersleader

Dan pertunjukan sulap dari .tapi dikarenakan penonton terlalu banyak dan alat yang tak dipersiapkan maka aksi sulapnya tidak jadi.
Lalu pertandingan dimulai...
Tarik tambang putra duluan.. cayoo 9 G!!!

9 g menang dong.. abis lawannya axl.2 jadi menanglah hahaaa
Sayang saya tidak bisa dukung mereka. Pas seru serunya saya selalu tidak ada :(((. Abis waktu itu sy ikut lomba menggambar. Dan hasilnya -___- kalah. Jujur baru tahun ini saya dapat juara 2. Dan dikalahkan sama orang yg gambarnya seperti anak TK... nih liat (kalo gak jelas.. mohon gambarnya diklik. Supaya tau)

Maluku dikalahkan sama gambar yg seperti itu. Saya dengar pas penilaian itu peserta yg ikut prwakilan kls 9 a minta juara sama mam sang juri. Ih curang, sudah crayon minjem, telat datang, eh minta juara pula. Dasar!
Oke lanjut
Hari kedua:
Saya ikut puisi dan lagi lagi saya tidak bisa mendukung kelas saya sendiri :(( padahal kalah tonja.. kalo tau begitu nda bakalka ikut ke dua lomba itu supaya bisa dukung dan dapat seru serunya..
Tarik tambang purti yang lawan axl.2 9g menang lagi dongg.. dan yang ini yang kedua. Lawan 9a


Jatuh tuh.. kasian banget

Hasilnya .....kalah... 9 a pada kuat kuat euy. Sebenarnya tary menuruh saya untuk ikut serta tarik tambang ini, tapi sudah cukup 7 orang.
Lanjut..hari ketiga bulu tangkis putra lawan axl.2 lagi dan menang lagi..



Futsal yg pertama lawan axl.2 menang dan kedua lawan nda tau kelas apa.. dn final lawan 9h, kelasku kalah jadi Cuma juara 2 saja :)


Ada yang jatuh tuh hihi..
Ada pengumumuman lomba story telling tuh..


Tapi salah tulis itu nah.. yang benar Annisha Mentary... bukan annisa mentari

Kemersraan ini... (ada itue lagu)hihiii.. upsss hehee
Si mukod ganggu aja tuh
uouo kikii. Berapa bulan bu?
ada ekornya tuh
Dan hari ketiga ini semua pada gila gilaan..


Hanya segini poto dari alma. Padahal lomba lomba lain masih banyak yg gak di poto. Tapi ya biarlah kenang kenangan...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

Pendidikan Nasional yang Bermoral

Memang harus kita akui ada diantara (oknum) generasi muda saat ini yang mudah emosi dan lebih mengutamakan otot daripada akal pikiran. Kita lihat saja, tawuran bukan lagi milik pelajar SMP dan SLTA tapi sudah merambah dunia kampus (masih ingat kematian seorang mahasiswa di Universitas Jambi, awal tahun 2002 akibat perkelahian didalam kampus). Atau kita jarang (atau belum pernah) melihat demonstrasi yang santun dan tidak menggangu orang lain baik kata-kata yang diucapkan dan prilaku yang ditampilkan. Kita juga kadang-kadang jadi ragu apakah demonstrasi yang dilakukan mahasiswa murni untuk kepentingan rakyat atau pesanan sang pejabat.

Selain itu, berita-berita mengenai tindakan pencurian kendaraan baik roda dua maupun empat, penguna narkoba atau bahkan pengedar, pemerasan dan perampokan yang hampir setiap hari mewarnai tiap lini kehidupan di negara kita tercinta ini banyak dilakukan oleh oknum golongan terpelajar. Semua ini jadi tanda tanya besar kenapa hal tersebut terjadi?. Apakah dunia Pendidikan (dari SD sampai PT) kita sudah tidak lagi mengajarkan tata susila dan prinsip saling sayang - menyayangi kepada siswa atau mahasiswanya atau kurikulum pendidikan tinggi sudah melupakan prinsip kerukunan antar sesama? Atau inikah hasil dari sistim pendidikan kita selama ini ? atau Inikah akibat perilaku para pejabat kita?

Dilain pihak, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang membuat bangsa ini morat-marit dengan segala permasalahanya baik dalam bidang keamanan, politik, ekonomi, sosial budaya serta pendidikan banyak dilakukan oleh orang orang yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi baik dalam negri maupun luar negri. Dan parahnya, era reformasi bukannya berkurang tapi malah tambah jadi. Sehingga kapan krisis multidimensi inI akan berakhir belum ada tanda-tandanya.

PERLU PENDIDIKAN YANG BERMORAL

Kita dan saya sebagai Generasi Muda sangat perihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon generasi penerus Bangsa Indonesai saat ini, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di dalam bumi republik ini. Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral, beretika, sopan, santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu dilakukan hal-hal yang memungkin hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.
Pertama, melalui pendidikan nasional yang bermoral (saya tidak ingin mengatakan bahwa pendidikan kita saat ini tidak bermoral, namun kenyataanya demikian di masyarakat). Lalu apa hubungannya Pendidikan Nasional dan Nasib Generasi Penerus? Hubungannya sangat erat. Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini.

Pendidikan nasional selama ini telah mengeyampingkan banyak hal. Seharusnya pendidikan nasional kita mampu menciptakan pribadi (generasi penerus) yang bermoral, mandiri, matang dan dewasa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.Tapi kenyataanya bisa kita lihat saat ini. Pejabat yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme baik di legislative, ekskutif dan yudikatif semuanya orang-orang yang berpendidikan bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka bergelar dari S1 sampai Prof. Dr. Contoh lainnya, dalam bidang politik lebih parah lagi, ada partai kembar , anggota dewan terlibat narkoba, bertengkar ketika sidang, gontok-gontokan dalam tubuh partai karena memperebutkan posisi tertentu (Bagaimana mau memperjuangkan aspirasi rakyat kalau dalam diri partai saja belum kompak).
Dan masih ingatkah ketika terjadi jual beli kata-kata umpatan ("bangsat") dalam sidang kasus Bulog yang dilakukan oleh orang-orang yang mengerti hukum dan berpendidikan tinggi. Apakah orang-orang seperti ini yang kita andalkan untuk membawa bangsa ini kedepan? Apakah mereka tidak sadar tindak-tanduk mereka akan ditiru oleh generasi muda saat ini dimasa yang akan datang? Dalam dunia pendidikan sendiri terjadi penyimpangan-penyimpang yang sangat parah seperti penjualan gelar akademik dari S1 sampai S3 bahkan professor (dan anehnya pelakunya adalah orang yang mengerti tentang pendidikan), kelas jauh, guru/dosen yang curang dengan sering datang terlambat untuk mengajar, mengubah nilai supaya bisa masuk sekolah favorit, menjiplak skripsi atau tesis, nyuap untuk jadi pegawai negeri atau nyuap untuk naik pangkat sehingga ada kenaikan pangkat ala Naga Bonar.

Di pendidikan tingkat menengah sampai dasar, sama parahnya, setiap awal tahun ajaran baru. Para orang tua murid sibuk mengurusi NEM anaknya (untungsnya, NEM sudah tidak dipakai lagi, entah apalagi cara mereka), kalau perlu didongkrak supaya bisa masuk sekolah-sekolah favorit. Kalaupun NEM anaknya rendah, cara yang paling praktis adalah mencari lobby untuk memasukan anaknya ke sekolah yang diinginkan, kalau perlu nyuap. Perilaku para orang tua seperti ini (khususnya kalangan berduit) secara tidak langsung sudah mengajari anak-anak mereka bagaimana melakukan kecurangan dan penipuan. (makanya tidak aneh sekarang ini banyak oknum pejabat jadi penipu dan pembohong rakyat). Dan banyak lagi yang tidak perlu saya sebutkan satu per satu dalam tulisan ini.

Kembali ke pendidikan nasional yang bermoral (yang saya maksud adalah pendidikan yang bisa mencetak generasi muda dari SD sampai PT yang bermoral. Dimana proses pendidikan harus bisa membawa peserta didik kearah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab, tahu malu, tidak plin-plan, jujur, santun, berahklak mulia, berbudi pekerti luhur sehingga mereka tidak lagi bergantung kepada keluarga, masyarakat atau bangsa setelah menyelesaikan pendidikannya.Tetapi sebaliknya, mereka bisa membangun bangsa ini dengan kekayaan yang kita miliki dan dihargai didunia internasional. Kalau perlu bangsa ini tidak lagi mengandalkan utang untuk pembangunan. Sehingga negara lain tidak seenaknya mendikte Bangsa ini dalam berbagai bidang kehidupan.

Dengan kata lain, proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik harus dilakukan dengan gaya dan cara yang bermoral pula. Dimana ketika berlangsung proses tranformasi ilmu pengetahuan di SD sampai PT sang pendidik harus memiliki moralitas yang bisa dijadikan panutan oleh peserta didik. Seorang pendidik harus jujur, bertakwa, berahklak mulia, tidak curang, tidak memaksakan kehendak, berperilaku santun, displin, tidak arogan, ada rasa malu, tidak plin plan, berlaku adil dan ramah di dalam kelas, keluarga dan masyarakat. Kalau pendidik mulai dari guru SD sampai PT memiliki sifat-sifat seperti diatas. Negara kita belum tentu morat-marit seperti ini.

Kedua, Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Misalkan kurikulum sudah dirubah, anggaran pendidikan sudah ditingkatkan dan fasilitas sudah dilengkapi dan gaji guru/dosen sudah dinaikkan, Namun kalau pendidik (guru atau dosen) dan birokrat pendidikan serta para pembuat kebijakan belum memiliki sifat-sifat seperti diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut akan sia-sia. Implementasi di lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini saya tidak berpretensi menyudutkan guru atau dosen dan birokrat pendidikan serta pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses pendidikan di Indonesia saat ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral harus segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti diatas.

Selain itu, anggaran pendidikan yang tinggi belum tentu akan mengubah dengan cepat kondisi pendidikan kita saat ini. Malah anggaran yang tinggi akan menimbulkan KKN yang lebih lagi jika tidak ada kontrol yang ketat dan moralitas yang tinggi dari penguna anggaran tersebut. Dengan anggaran sekitar 6% saja KKN sudah merajalela, apalagi 20-25%.

Ketiga, Berlaku adil dan Hilangkan perbedaan. Ketika saya masih di SD dulu, ada beberapa guru saya sangat sering memanggil teman saya maju kedepan untuk mencatat dipapan tulis atau menjawab pertanyaan karena dia pintar dan anak orang kaya. Hal ini juga berlanjut sampai saya kuliah di perguruan tinggi. Yang saya rasakan adalah sedih, rendah diri, iri dan putus asa sehingga timbul pertanyaan mengapa sang guru tidak memangil saya atau yang lain. Apakah hanya yang pintar atau anak orang kaya saja yang pantas mendapat perlakuan seperti itu.? Apakah pendidikan hanya untuk orang yang pintar dan kaya? Dan mengapa saya tidak jadi orang pintar dan kaya seperti teman saya? Bisakah saya jadi orang pintar dengan cara yang demikian?

Dengan contoh yang saya rasakan ini (dan banyak contoh lain yang sebenarnya ingin saya ungkapkan), saya ingin memberikan gambaran bahwa pendidikan nasional kita telah berlaku tidak adil dan membuat perbedaan diantara peserta didik. Sehingga generasi muda kita secara tidak langsung sudah diajari bagaimana berlaku tidak adil dan membuat perbedaan. Jadi, pembukaan kelas unggulan atau kelas akselerasi hanya akan membuat kesenjangan sosial diantara peserta didik, orang tua dan masyarakat. Yang masuk di kelas unggulan belum tentu memang unggul, tetapi ada juga yang diunggul-unggulkan karena KKN. Yang tidak masuk kelas unggulan belum tentu karena tidak unggul otaknya tapi karena dananya tidak unggul. Begitu juga kelas akselerasi, yang sibuk bukan peserta didik, tapi para orang tua mereka mencari jalan bagaimana supaya anaknya bisa masuk kelas tersebut.

Kalau mau membuat perbedaan, buatlah perbedaan yang bisa menumbuhkan peserta didik yang mandiri, bermoral. dewasa dan bertanggungjawab. Jangan hanya mengadopsi sistem bangsa lain yang belum tentu cocok dengan karakter bangsa kita. Karena itu, pembukaan kelas unggulan dan akselerasi perlu ditinjau kembali kalau perlu hilangkan saja.

Contoh lain lagi , seorang dosen marah-marah karena beberapa mahasiswa tidak membawa kamus. Padahal Dia sendiri tidak pernah membawa kamus ke kelas. Dan seorang siswa yang pernah belajar dengan saya datang dengan menangis memberitahu bahwa nilai Bahasa Inggrisnya 6 yang seharusnya 9. Karena dia sering protes pada guru ketika belajar dan tidak ikut les dirumah guru tersebut. Inikan! contoh paling sederhana bahwa pendidikan nasional kita belum mengajarkan bagaimana berlaku adil dan menghilangkan Perbedaan.

PEJABAT HARUS SEGERA BERBENAH DIRI DAN MENGUBAH PERILAKU

Kalau kita menginginkan generasi penerus yang bermoral, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Maka semua pejabat yang memegang jabatan baik legislative, ekskutif maupun yudikatif harus berbenah diri dan memberi contoh dulu bagaimana jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok kepada generasi muda mulai saat ini.

Karena mereka semua adalah orang-orang yang berpendidikan dan tidak sedikit pejabat yang bergelar Prof. Dr. (bukan gelar yang dibeli obral). Mereka harus membuktikan bahwa mereka adalah hasil dari sistim pendidikan nasional selama ini. Jadi kalau mereka terbukti salah melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, jangan cari alasan untuk menghindar. Tunjukan bahwa mereka orang yang berpendidikan , bermoral dan taat hukum. Jangan bohong dan curang. Apabila tetap mereka lakukan, sama saja secara tidak langsung mereka (pejabat) sudah memberikan contoh kepada generasi penerus bahwa pendidikan tinggi bukan jaminan orang untuk jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok. Jadi jangan salahkan jika generasi mudah saat ini meniru apa yang mereka (pejabat) telah lakukan . Karena mereka telah merasakan, melihat dan mengalami yang telah pejabat lakukan terhadap bangsa ini.

Selanjutnya, semua pejabat di negara ini mulai saat ini harus bertanggungjawab dan konsisten dengan ucapannya kepada rakyat. Karena rakyat menaruh kepercayaan terhadap mereka mau dibawah kemana negara ini kedepan. Namun perilaku pejabat kita, lain dulu lain sekarang. Sebelum diangkat jadi pejabat mereka umbar janji kepada rakyat, nanti begini, nanti begitu. Pokoknya semuanya mendukung kepentingan rakyat. Dan setelah diangkat, lain lagi perbuatannya. Contoh sederhana, kita sering melihat di TV ruangan rapat anggota DPR (DPRD) banyak yang kosong atau ada yang tidur-tiduran. Sedih juga melihatnya. Padahal mereka sudah digaji, bagaimana mau memperjuangkan kepentingan rakyat. Kalau ke kantor hanya untuk tidur atau tidak datang sama sekali. Atau ada pengumuman di Koran, radio atau TV tidak ada kenaikan BBM, TDL atau tariff air minum. Tapi beberapa minggu atau bulan berikutnya, tiba-tiba naik dengan alasan tertentu. Jadi jangan salahkan mahasiswa atau rakyat demonstrasi dengan mengeluarkan kata-kata atau perilaku yang kurang etis terhadap pejabat. Karena pejabat itu sendiri tidak konsisten. Padahal pejabat tersebut seorang yang bergelar S2 atau bahkan Prof. Dr. Inikah orang-orang yang dihasilkan oleh pendidikan nasional kita selama ini?

Harapan

Dengan demikian, apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri, bermoral, dewasa dan bertanggung jawab. Konsekwensinya, Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda. jangan hanya menuntut generasi muda untuk berperilaku jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berprilaku santun, bermoral, tahu malu dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan pribadi atau kelompok.

Tapi para pemimpin bangsa ini tidak melakukannya. Maka harapan tinggal harapan saja. Karena itu, mulai sekarang, semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga terendah di legislative, eksekutif dan yudikatif harus segera menghentikan segala bentuk petualangan mereka yang hanya ingin mengejar kepentingan pribadi atau kelompok sesaat dengan mengorbankan kepentingan negara. Sehingga generasi muda Indonesia memiliki panutan-panutan yang bisa diandalkan untuk membangun bangsa ini kedepan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

Contoh Drama "MENEBAK ARAH LANGKAH MANOARAH"

MENEBAK ARAH LANGKAH MANOARAH
Wawancanda dengan Saut Poltak Tambunan

Huru hara berita Manoarah masuk kantong Pemred Foeza Hutabarat. “Kamu wawancarai dengan cara apa saja tentang berita apa saja yang bicara Manohara!” Aku nunut. Tapi ini hal mustahil! Jauh panggang dari api, Manoarah bisa kuwawancarai. “Coba kamu cari akhli Manoarah,” saran Redpel Kardy Sayid,”Cari di facebook!” Facebook? Buku berwajah banyak orang? Aku nunut. Benar, ada banyak wajah di FB. Dari sekian banyak wajah itu aku tertarik dengan potret unik SAUT POLTAK TAMBUNAN. Berikut wawancanda tersebut usai disensor redpel Kardy Syaid.

Tandi: Elok tak elok, apa pula yang terpikir di benak awak nih soal akar masalah Manoarah?
Poltak: Buruk ranjang, cermin pun berlari. Itulah pula arah langkah Manohari.
Tandi: Apa betul soaL kekerasan seksual?
Poltak: Alah mak jangggggg! Dari 63.436.234 wanita bersuami di Indonesia hampir tiap malam merasakan kekerasan seksual. Tak ada yang protest. Tidak pula raun-raun lapor televisi. Elok kau lihat di Rumah Sakit Korban Lelaki, kau tengoklah itu wanita-wanita berbadan elok akibat kekerasan seksual. Tak satu jua yang melapor ke Komnas Ham. Tak ada jua yang datang ke Komisi Perempuan Kesakitan KPK.
Tandi: Kalau bukan kekerasan seksual, apa pula latar belakangnya?
Poltak : Latar belakangnya yah sudah jelas lahhh. Berakir-rakit ke Kelantan, berenang-renang ke Jawa menyebrang. Bersakit-sakit di Kelantan, bersenang-senang masuk infotainment kejar tayang.
Tandi: Mantap! Itulah yang hendak aku tanya. Sikit-sikit bisakah awak bercerita?
Poltak: Manoarah dan Sultan Jawer berbeda rasa dalam hal bersantap malam. Sultan Jawer lebih berharap makan bersulang jemari. Akan halnya Manoarah lebih suka bersendok garpu. Sultan lebih suka bangau.
Tandi: Apa pula maksud awak ni?
Poltak:Setinggi-tinggi terbang bangau akhirnya kembali ke kubangan ranjang juga.
Tandi: Bila Sultan suka bangau. Bagaimana pula kesukaan Manoarah?
Poltak: Manoarah lebih suka ikan.
Tandi: Ikan?
Poltak:Iyalah ikannnn. Lain lubuk lain ikannya, lain sultan lain rasanya.
Tandi: Salah lah itu. Yang benar lain lubuk lain ikannya, lain belalai lain rasanya.
Poltak: Macam mana pula kau, Tandi! Sultan Jawer juga manusia. Pastilah dia punya belalai.

(Saut Poltak lahir di Ambalat, 31 Pebruari 1963. Seorang pembuat lakon cerita sekaligus askar Departemen Keuangan Kerajaan. Maka tak aneh, manakala card yang terjepit di sakunya itu berlabel dua. Siang berlabel Departemen Keuangan. Sore hingga malam berlabel Redaktur Majalah Kuncung. Salah satu lakon cerita bertajuk “Hargailah Diriku’ telah diproduksi menjadi lakon wayang. Alkisah, berkat lakon Hargailah Diriku itu, lakon-lakon Saut Poiltak Tambunan dihargai mahal.)

Tandi:Konon menurut berita burung sultan suka main silet tehadap Manoarah.
Poltak: Itu juga betul.
Tandi: Kenapa bisa begitu?
Poiltak:Alkisah, selalu sahaja, sultan tak bisa tidur sebelum mendengar sandiwara radio bertajuk Api Di Bukit Manoreh.
Tandi:Ya! Yang pernah disarkan televisi-televisi Indonesia. Itu kan cerita silat.
Poltak: Betul kau bilang itu cerita silat. Tapi didengar sultan itu cerita silet.
Tandi:Silat? Silet? Beda lah antara silat dan silet.
Poltak:Di situlah akar masalahnya. Sultan rasa bila bisa bermain silet maka jadilah sang pejantan tangguh. Tanpa silat silet tak bisa pula hentak-hentak bersetubuh. Pokoknya, cam mana ada berlaku di lakon Api di Bukit Manoreh, berlaku pula terhadap sang istri Manoarah. Silet sana, silet sini, silat lidah, silat silit…. Bergaulah suami istri itu seperti layaknya lakon Api di Bukit Manoreh.
Tandi: Bergaul apa pula?
Poltak: Bergaul berguling-guling lah…
Tandi: Alah makkkkk itu kan biasa.
Poltak:Tapi hal biasa itu menjadi luar biasa yang lama-lama bila tak dicegah bisa menjadi binasa.
Tandi:Kenapa pula luar biasa menjadi binasa?
Poltak: Manorah tidak bisa bergaya melayu. Dia bilang ke aku “Oalah, Poltak….Poltak! Piye kowe itu, Tolle! Yah ndak bisa loh. Masa bergaul suami istri disuruh mlayu-mlayu. Alias lari-lari. Udan sing gede nyembeleh gajah kurang banyu, gajahe mlayu-mlayu. Iya ndak bisa.”
Tandi: Oh….. Itu karena Manoarah orang Jawa.
Polta:Padahal Sultan selalu bilang “Tak kan Melayu hilang ditelan Jaman.”

(Saut Poltak Tambunan dikenal manusia Jawa sebagai novelis yang humanis. Suatu saat ketika Tandi Skober berbaju kumuh tidak bermerk bagus, dibelikannya hem-hem lembut bermerk arrow yang bila dipakek…..lembut di kulit. Hmm, baju itu sekarang entah dimana. Juga dia pintar bertetangga. “Pas Hari Raya Iedul Fitri,”ucap Iing Somantri tetangga Poltak,” Mau mudik tak ada duwit. Eh, Pa Poltak bawa mobil toyota yang mirip kaleng kerupuk itu. Ia mengajak kami sekeluarga mudik ke kampung. Dia yang jadi supir, yang isi bensin yang beli ini itu” Konon amalan baik inilah yang membuat cinta Poltak tidak ditolak gadis Menado berdarah Indonesia.)

Tandi:Sekarang ke mana sebenarnya arah langkah Manoarah setelah ada di Indonesia?
Poltak: Kuda Troya Ambalat!
Tandi : Jadi gara-gara Manoarah akan terjadi perangggggggggg?
Poltak: Salah itu! Sultan Jawer bicara sama aku ,”Ambilah Manoarah itu, tapi ambalat aku ambil, gimana?”
Tandi: Loh? Ambalat ditukar dengan Manoarah?
Poltak: Kenapa tidak? Sisi lainnya, implikasi Ambalat dan Manoarah akan membuat adanya peningkatan anggaran angkatan perang Indonesia.
Tandi: Aku kurang mengerti.
Poltak: Begini Tandi jelekkkk! Ambalat dan Manoarah adalah kartu truf! Angkatan Perang Sultan Jawer jauh lebih berkualitas dibandingkan angkatan perang Indonesia. Jadi tanpa anggaran yang proporsional maka di atas kertas Indonesia kalah.

Tiba-tiba……Kardy Syaid berteriak”Stoppppppppppppppppp!”
Aku diam! Saut Poltak Tambunan malu-malu kucing, permisi mau kencing.
Langit redup di atas Ambalat.
Seorang penjual jamu gendong bernama Reni Teratai Air sodorkan puisi kuliner:
Secangkir kopi pahit (bukan sisa kemarin)
Sekerat rendang warung makan padang
Sekepal nasi putih pulen
Sebentuk hati yang terbelah
Ke arah mana angin Ambalat membawa langkah Manoarah…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS